Sabtu, 03 Agustus 2013

PERJODOHAN DI JAMAN MODERN

Akhwat, ya itulah panggilan akrabnya untuk perempuan yang memakai hijab panjang menjuntai hingga menutupi bokongnya, seminar keagamaan atau pengajiaan di gang-gang bisa dilalap habis oleh perempuan model seperti ini. Bukan untuk gaya-gayaan memang para akhwat penampilannya agak ekstra dari atas sampai bawah ditutup rapat, mulai pakai kerudung yang lebar hingga kaos kaki. Pergaulannya lebih teratur dengan teman-teman dikampus mereka acap kali membuat acara seperti baksos dan pengajian-pengajian rutinan.

Tentu tidak semua akhwat saya ceritakan disini yach, cerita perjodohan ini dimulai dari sebuah masjid yang terletak di daerah Bandung di masjid inilah kisahnya berawal, seorang akhwat yang kala itu masih duduk disemester satu usianya kira-kira 18 tahun ia menjadi salah satu pengurus dimasjid tersebut menurut cerita perangai akhwat ini sangat ceria manakala dia datang adik-adik binaan dimasjid tersebut teramat girang dibuatnya, dongeng-dongeng lucu seringkali dibawakan begitu jenaka sehinggga membuat mereka tertawa lepas, bisa dibayangkan bukan betapa cerianya akhwat yang satu ini.

Tak hanya itu jiwa aktivisnya sangat kental tak puas dengan membina adik-adik kecil, akhwat beserta rekan-rekannya membuat kelompok bermain untuk anak-anak usia dini. Setiap hari jum’at dan sabtu sang akhwat harus menunaikan kewajibannya ditempat lain yaitu kampusnya yang islami juga banyak memberikan warna pada pergaulannya sebagai mahasiswa dia memiliki pola pikir yang berbeda. Mendadak akhwat yach begitu ledekan dari teman-temannya karena semenjak kuliahlah dia banyak merubah segalanya dari gaya berbusana yang jilbaber hingga jaga hijab dengan lawan jenisnya, wah!! Seperti bunglon saja yach yang menyesuaikan warna kulitnya ketika berpindah tempat, tapi baguslah kalau perubahannya kearah yang positip.

Teh may, itu panggilan sahabatnya di kampus posturnya tidak terlalu tinggi tapi sangat berisi setiap harinya memakai pakaian yang berwarna gelap, acapkali berjumpa di kampus mereka sering berdiskusi tentang hal-hal yang berbau aqidah. Sambil berjalan menyusuri jalan raya dan sesekali melirik kearah angkot yang kosong “ teh may, seumpama kata Allah jodoh kita datangnya tahun 2007 kira-kira bisa ngak yach kita percepat jadi jadi 2005?” tanpa pikir-pikir sahabatnya itu menjawab lantang “ bisa!!” hanya itu jawabannya tapi sangat membuat akhwat termotivasi dan berfikir, tiba-tiba klakson supir angkot memanggil mereka menghentikan dan masuk kedalam angkot. “ memang ukhti mau segera menikah yach? Sudah ada calaonnya?” Tanya teh may, “ insyaAllah teteh saya mau menikah 9 september 2005” jawab akhwat mantap padahal calonnya saja belum punya.

Kegiatan yang padat membuat sang akhwat sedikit terlupakan dengan target menikahnya, sehingga suatu saat terjadi musibah besar yang tak kan terlupakan oleh bangsa Indonesia diakhir tahun 2004 yang meluluh lantahkan Nangroe Aceh Darussalam, ya bencana tsunami itu terdengar disemua kabar berita ketika awal Ramadhan, ngeri pilu bercampur duka hingga membangkitkan giroh sang akhwat untuk mendatangi salah atau masjid dekat rumah kontrakannya, sambil membawa uang lima puluh ribu beberapa potong baju dan sebuah Al-Quran untuk diserahkan kepada panitia di masjid supaya bisa diserahkan bagi korban tsunami. Ditempat berbeda seorang ikhwan remaja masjid dekat kontrakannya rela meninggalkan bangku kuliah dan pekerjaanya dia sempatkan diri untuk berpamitan pada orang tuanya untuk menjadi sukarelawan agar bisa menolong langsungkorban tsunami, susah payah mendapatkan ijin akhirnya orang tuanya luluh juga dan mengijinkan.

Beberapa bulan ikwan ganteng itu berada ditengah-tengah mayat yang sudah membusuk, namun karena sudah bulat tekadnya maka walau sempat matanya memberi tanda bahwa fisiknya tidak sehatpun ia tetap memaksa berada di posko korban. Tidak ada alat komunikasi yang bisa digunakan untuk menghubungi family atau teman-teman yang berada di Bandung, hanya sesekali jika teringat ibunya ikhwan ini berdoa untuk keselamatan dan kesehatan bagi sang ibu.

Masa pengabdian itu akhirnya selesai juga, sekembalinya ikhwan ini ketempat biasa ia beraktifitas maka tibalah diwaktu ba’da subuh yang indah ia membagikan kisahnya selama di Aceh dalam balutan tausiyah. Selesai acara tausiyah di masjid itu seorang kawan berinisiatif menjodohkan mereka berdua karena dirasa cocok dan sepadan, awal mula taaruf sampai akad nikah teman inilah yang menyampaikan informasi dari kedua belah pihak. Atas ijin Allah pernikahan berlangsung khidmat di sebuah masjid dekat terminal ledeng. Subhanallah …

@byHasanSepta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar